azuresekai

01 Maret 2017

Manga Review: Assassination Classroom, Volume 12 by Yusei Matsui


Assassination Classroom #12
Pengarang: Yusei Matsui
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tebal buku: 172 halaman
Terbit buku: 26 Oktober 2016
Rating: 5 of 5 stars
Si gurita pernah bilang "kalau ada dinding yang tidak bisa dilampaui murid... maka, saat itulah giliran sang guru bertindak."
Kelas E mendapat seragam baru dari Pak Karasuma. Seragam ini berbeda dari seragam olahraga yang biasa mereka pakai. Seragam tersebut hadiah dari negara. Seragam baru dibuat sesuai dengan kegiatan latihan mereka yang semakin berbahaya. Desainnya kuat, anti robek, anti melar, tahan benturan dan anti api. Kerangkanya seragam menggunakan prinsip dilatansi.
Seharian itu dengan memakai seragam baru, mereka menyerang Pak Koro sampai-sampai ia tidak punya waktu untuk bersantai membaca komik dan membuat roket kesenian. Bu Irina mengatakan kalau desain seragam murid perempuan adalah idenya. Meskipun ia sebenarnya lebih suka yang agak terbuka tapi ide yang satu itu ditolak oleh Pak Karasuma. Bu Irina berpikir Pak Karasuma tidak bisa mengerti perasaan wanita; ia tidak diberi hadiah ulang tahun. Padahal hadiah dari Pak Karasumalah yang paling ia tunggu. Melihat Bu Irina sedih, anak-anak kelas E pun merencanakan misi agar Pak Karasuma mau mengerti perasaan Bu Irina.  Para murid saling membagi tugas. Beberapa murid perempuan mengalihkan perhatian Bu Irina dan murid lainnya membelikan hadiah untuk kado ulang tahun Bu Irina pada tanggal 10 Oktober.


Image result for assassination classroom tumblr
Kami berjanji, Pak Koro. "Kekuatan" ini tidak akan kami pakai selain untuk melindungi orang lain.
Di sisi lain pembunuh yang dijuluki Dewa Manusia tiba-tiba menyerang Red Eye yang merupakan seorang pembunuh bayaran pernah diminta membunuh Pak Koro. Keberadaan si Dewa Kematian ini membuat orang-orang disekitar Pak Koro terancam.


Aku suka banget scene romantis antara Pak Karasuma dan Bu Irina yah walaupun ujung-ujungnya malah bikin keki :') Pak Karasuma ini ternyata peka kalau Bu Irina suka sama dia tapi karena dia tipe profesional yang pantang mencampuradukkan urusan negara dengan urusan pribadi, mau bagaimana lagi? Menurutku sikapnya itulah yang menjadi daya tarik. Kemudian, aku terkesima dengan solidaritas murid-murid kelas E yang saling bekerja sama dan mereka hampir mendekati wajah pembunuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar