05 Juli 2016

Manga Review: Strobe Edge, Volume 8 by Io Sakisaka


Strobe Edge #08
Pengarang: Io Sakisaka
Penerbit: m&c!
Tebal buku: -
Tahun terbit: 2016
Rating: 4 of 5 stars
Kalau kau menyerah bukan 'karena' melainkan 'untuk' sesuatu, aku yakin itu alasan yang berharga.
Perkataan Ren tempo hari membuat Ninako kalang kabut; hatinya dibuat rumit. Ia memikirkan banyak hal mengenai dirinya dan Ren yang akhirnya jomblo; tentunya akan mendapat pacar baru, sedangkan ia tidak punya kriteria untuk menjadi pacarnya. Sesampainya di sekolah Ninako melihat Ren yang sedang mendengarkan lagu lewat earphone. Ninako menyapanya. Ren kemudian menyerahkan sebelah earphonenya kepada Ninako memperdengarkan lagu yang kemarin disenandungkan Ninako hari kemarin. Pada saat itulah mata mereka bertemu dalam jarak yang cukup dekat; membuat keduanya bersemu merah. Ren langsung berpamitan pergi duluan ke kelas. Begitu Ren pergi, Mao--mantan Andou mendatangi Ninako menanyakan perihal apakah Ninako menyukai Ren karena rasa itu tersirat dari tatapan Ninako.
Kalau aku tidak menyampaikan perasaanku... Aku bisa berada di samping Ren. Aku takut melepaskan jarak ini. Aku takut. Dan aku hanya bisa melihatnya.
Tiba-tiba Andou datang menyela pembicaraan itu. Andou meminta waktu pada Ninako untuk berbicara dengan Mao secara empat mata, lalu Ninako meninggalkan mereka. Andou kembali terfokus pada mantannya itu dan mengancam tidak akan memaafkannya jika ia mengganggu Ninako. Lantas mantannya bertanya hal yang sama dengan yang ditanyakan pada Ninako. Tentu saja Andou menyukai Ninako walau tahu Ninako tidak menyukainya. Ninako di kelas kepikiran oleh perkataan Mao. Ia berpikir mengenai hubungannya dengan Ren yang hanya sebatas teman saja; itu tidak membuatnya puas.


Di hari berikutnya Ninako dan Andou ditunjuk sebagai pemimpin pemandu sorak untuk lomba di sekolah.
Bagaimana aku harus bertindak agar kau menyukaiku?
Chapter ini mulai memperlihatkan perasaan Ren secara utuh; bagaimana sebenarnya dia menyukai Ninako. Perubahan itu cukup membuat Andou kaget walaupun Andou sudah tahu sebelumnya. Andou semakin gencar berusaha merebut hati Ninako. Sementara itu Ninako yang pada awalnya yakin terhadap perasaannya terhadap Ren malah bimbang karena perkataan Mao di koridor rak sepatu itu. Pada chapter ini Ninako lebih sering galau, tidak terlalu berlebihan buatku; maksudku tidak sampai nangis bombai. Di saat itu muncul karakter sampingan--kakak kelas Ninako; ketua pemandu sorak--menjadi tempat curhat Ninako. Aku makin suka Ren yang makin perhatian dengan Ninako, dan sikapnya yang malu-malu agresif itu. Terus aku suka dengan jalinan pertemanan Ninako--di mana teman-temannya bisa menjadi tempat berbagi di saat senang maupun duka. Mereka tidak memaksa Ninako untuk menceritakan masalahnya, justru menunggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...