17 Desember 2013

Book Review: KEI by Erni Aladjai


Kei (Kutemukan cinta di tengah perang)
Penulis: Erni Aladjai
Penerbit: GagasMedia
Cetakan I, 2013
x + 254 hlm; 13 x 19 cm
Rating: 3 of 5 stars

Kei karya Erni yang mengambil tema peperangan dan percintaan serta persahabatan. Dimulai dengan penggambaran situasi Elaar sebelum terjadi kerusuhan. Namira--tokoh utama di novel ini diceritakan sebagai seorang gadis yang baik hati, pandai mengenai kegunaan tumbuhan-tumbuhan di hutan. Dan sahabatnya Mery, orang yang menjadi teman masa kecil Namira--agamanya berbeda dengan Namira.
Diceritakan ada kabar bahwa akan terjadi kerusuhan di Pulau Kei. Semua penduduk nampak khawatir dan ketakutan akan adanya korban-korban berjatuhan tak bernyawa. Ternyata hal itu benar adanya. Seisi desa Elaar dikuasai oleh kelompok penyerang entah dari mana. Saat itu Namira bersama ibunya pulang dari hutan mengambil sagu.

Peperangan tersebut terjadi karena perbedaan suku, agama dan golongan. Sehingga kebanyakan ketiga hal tersebut sering disinggung.

Di desa Watran, juga terjadi peperangan yang menyebabkan ibu Sala--tokoh lain yang juga menjadi pusat cerita--meninggal dunia saat ia pulang dari melaut. Sala digambarkan sebagai pemuda yang pendiam, tidak terlalu dekat dengan gadis-gadis, pintar bermain gitar dan sifatnya yang patuh pada aturan adat Kei.

Dari sisi tema cukup umum untuk sebagian orang. Penggambaran peperangan nampak terlihat 'agak' mencekam, situasinya sangat jelas. Catatan-catatan kaki yang memberi penjelasan sangat membantu dan menambah pengetahuan mengenai hal-hal yang ada pada pulau Kei.

Namun ada beberapa kekurangan. Seperti, ada beberapa adegan yang menurutku tidak perlu diceritakan karena terkesan bertele-tele (walaupun mungkin untuk memperjelas cerita), nama panggilan para orang tua tokoh yang memakai nama panggilan seperti "..... kata Martina pada Sala kecil" (apa karena penulis sebagai orang ketiga serba tahu?) kemudian dipuncak cerita, akhirnya menggantung membuatku kurang puas dan tidak ada kesan sama sekali.

"Untuk saudara-saudara saya di Kei dan di lumbung rempah: Kita adalah telur-telur yang berasal dari ikan yang sama dan seekor burung yang sama pula.' --Pepatah adat Pulau Kei-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...